Magang Sulit Konversi, Capstone Tidak Pasti, Kuliah Reguler Penuh: Apa Jalan Keluar bagi Mahasiswa?

·

·

Mahasiswa semester enam ke atas di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Jember (Fasilkom UNEJ) dihadapkan pada kebijakan akademik yang dinilai kurang matang. Hilangnya program Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB) dari Kampus Merdeka membuat mahasiswa harus memilih di antara tiga jalur: Magang Mandiri, Capstone Project, atau perkuliahan reguler. Sayangnya, setiap pilihan memiliki tantangan tersendiri yang membuat mahasiswa kebingungan.

 

Magang Mandiri: Tidak Mudah Dikonversi

Magang Mandiri menjadi salah satu opsi yang banyak diambil mahasiswa. Beberapa mahasiswa mengungkapkan bahwa daftar mitra magang mengalami perubahan mendadak. Salah satu mitra yang sebelumnya bekerja sama dengan fakultas tiba-tiba tidak lagi direkomendasikan, menyebabkan sekitar 60 mahasiswa harus membatalkan magang mereka. Jika informasi ini disampaikan lebih awal, mahasiswa tentu bisa mencari alternatif lain.

Selain itu, mahasiswa juga mengeluhkan bahwa meskipun mereka telah bersusah payah mencari dan mendapatkan tempat magang secara mandiri, proses konversi SKS sering kali tidak maksimal.  Salah satu mahasiswa mengungkapkan, “Konversi SKS dipersulit, padahal kita sudah benar-benar bekerja sesuai dengan jobdesk.”

 

Capstone Project: Pengajuan Mitra Sulit, Banyak Peminat

Bagi mahasiswa yang memilih Capstone Project, tantangan lain muncul. Salah satu kendala terbesar adalah syarat mengajukan mitra untuk proyek Capstone, yang memerlukan proses verifikasi panjang dan tidak selalu mendapatkan persetujuan dari fakultas. Kabar yang beredar menyebutkan bahwa karena banyaknya peminat, fakultas akan melakukan seleksi tambahan. “Mau ambil Capstone, tapi katanya bakal ada seleksi lagi,” keluh seorang mahasiswa.

 

Kuliah Reguler: Kelas Penuh, Opsi Terbatas

Mahasiswa yang memilih kuliah reguler pun mengalami kendala. Mata kuliah yang tersedia sedikit dan cepat penuh, membuat mahasiswa sulit memenuhi jumlah SKS yang dibutuhkan. Kondisi ini membuat mahasiswa perlu berpikir ulang dalam menyusun rencana studi agar tetap dapat memenuhi jumlah SKS yang diperlukan. “Mau nggak mau harus ambil reguler juga biar bisa maksimal 24 SKS, tapi bingung juga karena kelasnya dikit,” keluh seorang mahasiswa.

 

Mahasiswa juga mengeluhkan keterlambatan informasi. Sosialisasi baru dilakukan pada Februari, padahal mitra magang sudah membuka rekrutmen sejak Januari. “Sosialisasi nggak gercep dan informasinya mepet,” ujar seorang mahasiswa.

Mahasiswa berharap kebijakan akademik di Fasilkom UNEJ dapat terus berkembang dan semakin baik di masa depan. Beberapa poin yang diharapkan antara lain:

  1. Penyampaian informasi yang lebih awal.
  2. Peningkatan fleksibilitas dalam konversi SKS magang.
  3. Penyediaan lebih banyak kelas reguler.
  4. Pendekatan kolaboratif antara mahasiswa dan fakultas dalam merumuskan kebijakan akademik.

 

Dengan komunikasi yang lebih terbuka dan sistem yang lebih matang, diharapkan kebijakan akademik di Fasilkom UNEJ dapat lebih adaptif dan memberikan solusi terbaik bagi mahasiswa. Fakultas memiliki peran besar dalam menciptakan ekosistem akademik yang kondusif, dan mahasiswa siap berkontribusi untuk perbaikan bersama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Lainnya