Minggu (03/09/2023), tim beranggotakan 3 mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Jember berhasil meraih juara dalam lomba Youth Business Innovation and Strategy Competition (YUBISC) yang diselenggarakan di Universitas Negeri Malang. Tim ini terdiri dari Aprodhita Nanda Eka Wijaya, Renata Sayidatul Arikha, dan Chintya Dewi Puspita Sari yang merupakan mahasiswa Sistem Informasi angkatan 21.
Youth Business Innovation and Strategy Competition (YUBISC) merupakan lomba tahunan yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Departemen (HMD) Fisika Universitas Negeri Malang. Lomba ini berfokus pada bidang business plan, business plan sendiri adalah sebuah rencana bisnis dari suatu produk yang akan kembangkan. Hal tersebut mulai dari inisiasi ide, pengembangan produk, produksi produk, hingga pemasaran ke konsumen. Pada business plan, strategi bisnis dan keuangan juga menjadi perhatian khusus. Singkatnya, business plan membahas apakah suatu usaha akan worth untuk dijalankan dan bisa tetap sustain atau berkelanjutan.
Dalam penyelenggaraannya, YUBISC memiliki 3 babak perlombaan. Babak pertama merupakan babak penyisihan, pada babak ini dilakukan seleksi melalui konsep Business Model Canvas (BMC). Setelah lolos peserta akan memasuki babak kedua yaitu babak penyisihan melalui pengumpulan proposal perencanaan usaha dan babak terakhir adalah babak final yang diselenggarakan secara langsung di Universitas Negeri Malang dengan melakukan presentasi produk yang dikembangkan di depan dewan juri.
Berawal dari mendapat informasi lomba dari teman himpunannya, Renata kemudian mengajak teman satu tim yang memang sudah sering mengikuti lomba untuk berpartisipasi dalam lomba YUBISC ini. Renata dkk memutuskan untuk mengikuti lomba YUBISC karena merasa memiliki waktu luang dan requirement lomba yang tidak terlalu rumit, selain itu Renata dkk juga merasa lomba ini menarik dan berpeluang.
Renata dkk membuat proposal dengan produk bernama GroTani, sebuah aplikasi yang inovatif yang bertujuan untuk menghubungkan semua pihak dengan kesepakatan yang saling menguntungkan. Pemilihan ide ini bercermin dari keadaan bisnis yang terjadi di pasar dimana pasar saat ini dipenuhi dengan tengkulak yang membeli hasil panen petani dan peternak dengan harga yang sangat rendah, sementara harga produk tersebut melonjak ketika sampai ke konsumen akhir melalui restoran/usaha kuliner. Petani dan peternak seringkali menjadi korban dalam sistem ini. Mereka menjual produk mereka dengan harga yang tidak mencukupi untuk menutup biaya produksi, sementara restoran/usaha kuliner jadi menghadapi masalah harga bahan baku yang tinggi, yang berdampak pada harga jual makanan.
Dalam menghadapi masalah ini, Renata dan timnya kemudian berinovasi dengan menciptakan GroTani. Aplikasi ini bertujuan untuk menjadi penghubung antara petani, peternak, dan usaha kuliner dalam model bisnis Business-to-Business (B2B). Dengan GroTani, mereka dapat menciptakan kesepakatan yang saling menguntungkan. Aplikasi GroTani memungkinkan petani dan peternak untuk menawarkan hasil panen mereka secara langsung kepada usaha kuliner, tanpa melalui tengkulak. Ini tidak hanya memberi petani dan peternak kontrol atas harga jual produk mereka, tetapi juga memungkinkan mereka untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Di sisi lain, usaha kuliner dapat memperoleh pasokan bahan baku yang lebih stabil dengan harga yang lebih wajar, yang akan berdampak positif pada harga jual makanan mereka.
Selain masalah tersebut, salah satu masalah yang sering dihadapi oleh usaha kuliner adalah ketergantungan pada pemasok tunggal. GroTani juga memecahkan masalah ini dengan memberikan akses kepada usaha kuliner untuk menjalin kerja sama dengan berbagai petani dan peternak. Hal ini tidak hanya memitigasi risiko terkait pasokan, tetapi juga menciptakan beragam pilihan bahan baku yang dapat meningkatkan variasi menu kuliner. Dengan GroTani, usaha kuliner dapat mengoptimalkan keuntungan mereka sambil mendukung petani dan peternak lokal. Ini menciptakan lingkungan bisnis yang berkelanjutan di mana semua pihak dapat saling mendukung dan berkembang bersama. Selain itu, aplikasi ini juga membantu mengurangi tingkat pemborosan makanan yang sering terjadi di restoran akibat masalah pasokan bahan baku.
Dalam mengikuti perlombaan ini, Renata dan tim memiliki beberapa persiapan yang dilakukan diantaranya memantapkan materi serta pemahaman mengenai produk yang akan dipresentasikan. Selain itu, mereka juga melakukan latihan presentasi untuk babak final.
“Kemarin itu memantapkan materi sama pemahaman gitu, terus latihan presentasi, tapi kayaknya masih perlu belajar presentasi lagi biar lebih bagus.”, tuturnya.
Terakhir, Renata juga menuturkan bahwa ia tidak menyangka akan menang dalam perlombaan ini karena saat final dia dan tim mulai merasakan pressure atau tekanan namun mereka tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik.
“Nyangka nggak nyangka si wkwk, pas masih babak 1 dan 2 itu lumayan optimis, waktu final ternyata mulai kerasa presurenya wkwk, tapi kita berikan yang terbaik dah waktu itu, alhamdulillah ternyata dapet juara”, ucapnya.
Leave a Reply